Taat Kepada Allah, Mencintai-Nya dan Mencintai Utusan-Nya (2)

 Wahb bin Munabbih telah berdoa kepada Allah agar dihilangkan darinya tidur waktu malam. Hilanglah tidur darinya selama empat puluh tahun. Hasan Al-Hallaj mengikat dirinya mulai dari mata kaki sampati kepada lututnya dengan tiga belas buah tali. Dia shalat dalam keadaan demikian dalam sehari semala seribu rakaat.
  Sesungguhnya



   Al-Junaid mengawali pekerjaannya dengan datang ke pasar, dia membuka tokonya lalu masuk ke dalamnya dan menurunkan tabir serta shalat empat ratus rakaat, kemudian baru pulang ke rumahnya.

   Habsyi bin Dawud melakukan shalat subuh selama empatpuluh tahun dalam wudhu’ isya.

   Maka seyogyanyalah bagi sorang mukmin selalu dalam keadaan suci dari setiap hadas menghadap kiblat di dalam setiap duduknya dan membayangkan dirinya seakan-akan duduk di hadapan Rasulullah SAW. menurut kadar khudhur dan muqawabah, sehingga selalu memperhatikan ketenangan dan keagungan di dalam setiap perbuatan. Dia perlu bersabar menghadapi gangguan orang lain, tidak mengimbangi orang yang berbuat jahat serta memohonkan ampunan atas orang itu kepada Allah. Dia tidak perlu membaggakan dirinya atau amalnya, karena membagggakan diri adalah sifat setan. Dia harus melihat dirinya dengan pandangan hina dan memandang orang-orang saleh dengan pandangan mengagungkan dan memuliakan. Barangsiapa yang tidak mengenal keagungan orang-orang saleh, maka Allah SWT menghalanginya untuk berkawan dengan mereka dan barang siapa yang tidak mengenal kemuliaan taat, dicabutlah dari hatinya kemanisan taat itu.

   Fudhail bin Iyadh ditanya, “Hai Abu Ali, kapan seseorang bisa menjadi saleh?” 
Dia berkata, “Apabila nasehat adalah yang menjadi niatnya, ada rasa takut kepada Allah dalam hatinya, kebenaran ada dilidahnya dan amal saleh ada di setiap anggota-anggota tubuhnya.”

   Allah SWT berfirman ketika mi’raj Nabi Muhammad SAW. “Hai Ahmad, kalau engkau ingin menjadi orang yang paling wira’i, jadilah orang yang mengasingkan duniawi dan cintalah kepada akhirat.”
Beliau bertanya, “Ya Tuhanku, bagaimana caranya aku mengasingkan dunia?”
Allah SWT berfirman, “Ambillah dari dunia ini sekedar makan, minum, berpakaian. Janganlah engkau menimbun untuk hari esok dan langgengkanlah zikir kepada-Ku.”
Beliau bertanya lagi, “Ya Tuhanku, bagaimana caranya aku melanggengkan zikir pada Engkau?”
Allah berfirman, “Dengan cara menyendiri dari manusia dan jadikanlah tidurmu adalah shalat dan makananmu adalah kelaparan.”

    Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Mengasingkan duniawi akan memberikan istirahat kepada hati dan badan, sedang rakus terhadap duniawi itu memperbanyak keprihatinan dan kesusahan. Cinta duniawi pangkal dari segala kesalahan, sedang mengasingkan duniawi itu adalah pangkal segala macam kebaikan dan ketaatan.”

   Sesungguhnya ada sementara orang-orang saleh melewati sekelompok manusia. Tiba-tiba ada seorang tabib yang menerangkan tentang penyakit dan obat.
 Orang saleh itu berkata, “Hai orang yang mengobati tubuh, apakah engkau dapat mengobati hati?”
Tabib itu berkata, “Ya, terangkan padaku penyakitnya.”
Orang saleh berkata, “Dosa-dosa telah membuatnya gelap, lalu dia menjadi keras membatu dan menyimpang. Adakah obat baginya?”
Tabib berkata, “Obatnya adalah merendahkan diri kepada Allah, tenggelam dalam ibadah, memohon ampun pada pertengahan malam dan ujung-ujung siang (pagi dan sore), bergegas untuk berbakti kepada Zat Yang Maha Tinggi lagi Pengampun dan mengajukan I’tidzar kepada Tuhan Yang menjadi Raja lagi Perkasa. Ini semua adalah pengobatan hati dan penyembuhan dari ilmu-ilmu kegaiban.”
Orang saleh itu berteriak, berlalu sambil menangis dan berkata, “Sebaik-baik tabib adalah engkau, engkau telah mengobati dengan tepat penyakit hatiku.”
Lalu berkatalah tabib, “Ini adalah obat hati bagi orang yang bertobat dan kembali dengan hatinya kepada Tuhan Yang Maha Dermawan lagi Penerima tobat.”

    Dikisahkan, ada seorang laki-laki yang membeli budak muda. Budak itu berkata, “Wahai tuanku, sesungguhnya aku ingin membuat beberapa perjanjian denganmu. Pertama, Tuan jangan menghalangi aku dari shalat fardhu, apabila telah datang waktunya. Kedua, Tuan silahkan memerintahku pada siang hari semau tuan dan tidak memerintahkanku di waktu malam. Ketiga, Tuan menyediakan sebuah tempat di rumah tuan yang tidak boleh masuk ke dalamnya kecuali aku.” Laki-laki itu berkata padanya, “Engkau boleh memiliki perjanjian-perjanjian itu.” Kemudian laki-laki itu, “Sekarang lihatlah kamar-kamar itu.” Budak itu berkeliling dan dia menemukan sebuah kamar yang tidak terawat di antara kamar-kamar itu, lalu berkata, ”Aku mengambil yang ini.” Laki-laki itu berkata, “Mengapa engkau memilih kamar yang tidak terawat?” Budak menjawab, “Bukankah tuan tahu, sesungguhnya yang tidak terawat itu bila bersama Allah akan menjadi kebun (taman)?” Selanjutnya budak itu melayani tuannya pada waktu siang hari dan tenggelam pada waktu malam untuk beribadah kepada Tuhannya SWT. Pada saat dia seperti itu, tuannya tiba-tiba berkeliling suatu malam di sekitar rumah dan sampai kamar budak itu. Alangkah terkejutnya, kamar itu penuh dengan cahaya, sementara budak itu bersujud, di atas kepalanya terdapat lampu dari nur yang tergantung di antara langit dan bumi. Budak itu berbisik (munajat) dengan Tuhannya dan merendahkan diri sambil berkata, “Tuhanku, Engkau wajibkan di atas pundakku hak tuanku dan aku melayaninya disiang hari. Seandainya tidak ada itu, tentu aku tidak akan sibuk dalam malam dan siangku kecuali untuk mengabdi kepada-Mu. Maka sekarang terimalah alasanku itu Ya Tuhanku.” Tuannya terus memandangnya hingga pagi terpancar, lampu itu dikembalikan dan atap kamar menjadi rapat kembali. Dia pulang dan menceritakan semua itu kepada istrinya. Setelah malam kedua , dibimbinglah tangan istrinya, lalu datang ke arah pintu kamar budak. Ia dapati budak itu dalam keadaan sujud dan lampu ada di atas kepalanya. Mereka berdua berdiri di pintu, memandangi budak dan menangis sehingga pagi tiba. Tuan itu memanggil budak itu dan berkata, “Engkau merdeka karena Allah SWT. Sehingga engkau dapat tengelam beribadah kepada Zat yang engkau pernah mengajukan alasan kepada-Nya.” Dia lalu menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berkata,

   “Wahai pemilik rahasia, sesungguhnya rahasia ini telah benar-benar terbuka. Aku tidak menghendaki hidupku lagi setelah tersiar.” Kemudian dia berkata lagi, “Tuhanku, aku mohon kematian.” Dia lalu roboh mati. Demikianlah keadaan orang-orang saleh dan orang-orang yang rindu kepada Allah serta orang-orang yang mencari ridha Allah.

   Di dalam kitab Zahrir-Riyadh, sesungguhnya Nabi Musa as memiliki kawan yang disayanginya. Suatu hari dia berkata, “Hai Musa, berdoalah kepada Tuhanmu agar Dia mengenalkan aku kepada-Nya sepenuhnya." Berdoalah Musa as dan dikabulkan. Dia lalu menyusul kawannya itu di gunung bersama binatang-binatang liar, tetapi dia tidak menemukannya. Berkatalah Musa, “Ya Tuhanku, saudara dan kesayanganku, aku telah kehilangan dia.” Diucapkan kepadanya, “Hai Musa, barangsiapa mengenal-Ku dengan sepenuhnya maka dia tidak akan berteman dengan seorang makhluk pun, untuk selama-lamanya”. Datang dalam beberapa hadits, sesungguhnya Nabi Yahya dan Isa berjalan-jalan di pasar. Seorang perempuan menghadang mereka. Yahya berkata, “Demi Allah, aku tidak mengetahui kejadian itu.” Isa berkata, “Maha Suci Allah (kata ini menunjukkan keherannan Isa), tubuhmu bersamaku lalu hatimu ke mana?” Yahya menjawab, “Wahai bibi, tentu aku berpendapat bahwa aku tidak mengenal Allah.” Dikatakan, “Kesungguhan mengenal Tuhan adalah apabila melepaskan dunia dan akhirat, hanya untuk Tuhan yang menguasai dan mabuk karena minuman kecintaan, lalu tidak akan sembuh kecuali ketika melihat dirinya berada dalam nur dari Tuhannya.”

Artikel Menarik Lainnya:
   Demikianlah artikel menarik dengan Judul "Taat Kepada Allah, Mencintai-Nya dan Mencintai Utusan-Nya (2)", dengan membaca dan memahami artikel ini semoga bisa memberi pemahaman dan pengetahuan lebih luas lagi. Terima kasih sudah hadir dalam halaman sederhana kami, mari jadikan segalanya lebih sempurna lagi.

No comments:

Post a Comment