
Laki-laki itu bertanya lagi, “Bagaimana aku bisa selamat darimu?”Dia menjawab, “Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.”
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW telah bersabda: “Dengan membaca shalawat kepadaku pada hari Jumat delapan puluh kali, Allah akan mengampuni dosa selama delapan puluh tahun baginya.”
Ada seorang laki-laki yang lupa membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Pada suatu malam dia bermimpi melihat Nabi Muhammad SAW tidak mau menoleh padanya,
dia bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau marah padaku?”
Beliau menjawab: “Tidak.”
dia bertanya lagi, “Lalu sebab apakah engkau tidak memandang kepadaku?”
Beliau menjawab:
“Karena aku tidak mengenalmu.”
Laki-laki itu bertanya, “Bagaimana engkau tidak mengenalku sedang aku adalah salah seorang umatmu.” Para ulama meriwayatkan bahwa sesungguhnya engkau lebih mengenal umatmu daripada seorang ibu mengenali anaknya.
Beliau bersabda: “Mereka benar, tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan bacaan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan shalawat mereka padaku.”
Terbangunlah laki-laki itu dan mengharuskan dirinya untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW setiap hari seratus kali. Dia selalu melakukan itu, lalu dia melihat beliau dalam tidur dan beliau bersabda, “Aku mengenalmu sekarang dan akan memberi syafaat kepadamu.” Yakni karena dia telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman:
“Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah.” (QS. Ali Imran:31)
Sebab turunnya ayat ini adalah ketika Rasulullah SAW mengajak Ka’ab bin Al-Asyraf dan kawan-kawannya masuk Islam, mereka menjawab, “Kami adalah putra-putra Allah dan sesungguhnya kami adalah sangat mencintai Allah.”
Maka berfirmanlah Allah kepada Nabinya:
“Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah ikutilah dalam agamaku, karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Aku menyampaikan risalah-Nya pada kamu dan hujjah-Nya atas kamu.”
“Niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran:31)
Cinta orang-orang mukmin kepada Allah adalah dengan mengikuti perintah-Nya, mengutamakan taat pada-Nya dan mencari ridha-Nya. Sedang cinta Allah kepada orang-orang mukmin adalah pujian Allah atas mereka, pahala-Nya atas mereka, ampunan-Nya dan anugerah rahmat-Nya terhadap mereka, pemeliharaan dari dosa dan taufik-Nya.
Al-Imam Al-Ghazali dalam Ihya’-Nya mengatakan, “Barangsiapa mengaku empat hal tanpa disertai empat yang lain, maka dia adalah pembohong. Barangsiapa mengaku cinta surga tetapi dia tidak beramal dengan ketaatan, maka dia adalah pembohong. Barangsiapa yang mengaku takut dari neraka tetapi tidak meninggalkan maksiat, maka dia adalah pembohong. Dan barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah SWT tetapi berkeluh kesah dari siksa, maka dia adalah pembohong.”
Berkata Rabi’ah, “Engkau durhaka kepada Tuhan sedang engkau memperlihatkan cinta kepada-Nya, demi umurku sebagai sumpahku, hal ini merupakan sesuatu yang aneh. Jika cintamu itu betul, tentu engkau menaati-Nya karena sesungguhnya orang yang cinta akan selalu patuh terhadap orang yang dicintainya.”
Sesungguhnya ada serombongan orang yang mengunjungi Asy-Syubali,
dia berkata, “Siapakah kamu semua?”
mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang mencintaimu, maka terimalah.”
Kemudian dia malah melempar mereka dengan batu dan mereka lari darinya.
Dia berkata, “Mengapa kamu lari dari aku? Kalau kamu betul orang-orang yang mencintaiku tentu tidak akan lari dari percobaanku.”
Berkata lagi Asy-Syubali, “Orang-orang yang memiliki cinta kepada Allah akan minum dari gelas kecintaan, menjadi sempitlah bagi mereka bumi dan negeri. Mereka minum dari gelas kecintaan kepada-Nya, tenggelam di dalam lautan rindu kepada-Nya dan merasa nikmat munajat dengan-Nya.”
Kemudian dia bersyair:
Dikatakan, “Sesungguhnya seekor unta apabila mabuk, dia tidak mau makan rumput selama empat puluh hari dan apabila dibebankan diatasnya muatan yang berlipat, dia pun akan membawanya. Karena apabila telah menggebu di hatinya ingat kekasihnya dia tidak mau makan, tidak perduli muatan yang berat karena rindunya terhadap kekasih. Lalu kalau kelakuan unta saja mau meninggalkan kesenangannya dan memikul beban yang berat karena demi kekasihnya, maka apakah kamu tidak sanggup meninggalkan kesenangan yang diharamkan demi Allah.
Apakah kamu tidak menambahkan pada dirimu beban yang berat demi Allah SWT? Kalau kamu tidak bisa mengerjakan sesuatu dari kebaikan-kebaikan yang telah aku sebutkan, maka pengakuanmu hanya tinggal nama tanpa makna. Tidak akan berguna di dunia dan tidak pula di akhirat, tidak berguna di hadapan makhluk maupun di hadapan Tuhan Al-Khaliq.”
Dari Ali karramallahu wajhah, dia berkata, “Barangsiapa yang merindukan Surga tentu ia bergegas melangkah menuju segala kepada semua macam kebaikan, barangsiapa yang takut kepada neraka tentu dia mencegah nafsunya dari kesenangan-kesenangan dan barangsiapa yang meyakini kematian tentu remeh baginya segala macam kelezatan dalam pandangannya.”
Ketika Ibrahim Al-Khawash di tanya mengenai kecintaan kepada Allah, dia berkata, “Menghapus segala keinginan, membakar segala sifat kebendaan dan kebutuhan dan menenggelamkan dirinya di dalam lautan petunjuk.”
Artikel Menarik Lainnya:
dia bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau marah padaku?”
Beliau menjawab: “Tidak.”
dia bertanya lagi, “Lalu sebab apakah engkau tidak memandang kepadaku?”
Beliau menjawab:
“Karena aku tidak mengenalmu.”
Laki-laki itu bertanya, “Bagaimana engkau tidak mengenalku sedang aku adalah salah seorang umatmu.” Para ulama meriwayatkan bahwa sesungguhnya engkau lebih mengenal umatmu daripada seorang ibu mengenali anaknya.
Beliau bersabda: “Mereka benar, tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan bacaan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan shalawat mereka padaku.”
Terbangunlah laki-laki itu dan mengharuskan dirinya untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW setiap hari seratus kali. Dia selalu melakukan itu, lalu dia melihat beliau dalam tidur dan beliau bersabda, “Aku mengenalmu sekarang dan akan memberi syafaat kepadamu.” Yakni karena dia telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman:
“Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah.” (QS. Ali Imran:31)
Sebab turunnya ayat ini adalah ketika Rasulullah SAW mengajak Ka’ab bin Al-Asyraf dan kawan-kawannya masuk Islam, mereka menjawab, “Kami adalah putra-putra Allah dan sesungguhnya kami adalah sangat mencintai Allah.”
Maka berfirmanlah Allah kepada Nabinya:
“Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah ikutilah dalam agamaku, karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Aku menyampaikan risalah-Nya pada kamu dan hujjah-Nya atas kamu.”
“Niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran:31)
Cinta orang-orang mukmin kepada Allah adalah dengan mengikuti perintah-Nya, mengutamakan taat pada-Nya dan mencari ridha-Nya. Sedang cinta Allah kepada orang-orang mukmin adalah pujian Allah atas mereka, pahala-Nya atas mereka, ampunan-Nya dan anugerah rahmat-Nya terhadap mereka, pemeliharaan dari dosa dan taufik-Nya.
Al-Imam Al-Ghazali dalam Ihya’-Nya mengatakan, “Barangsiapa mengaku empat hal tanpa disertai empat yang lain, maka dia adalah pembohong. Barangsiapa mengaku cinta surga tetapi dia tidak beramal dengan ketaatan, maka dia adalah pembohong. Barangsiapa yang mengaku takut dari neraka tetapi tidak meninggalkan maksiat, maka dia adalah pembohong. Dan barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah SWT tetapi berkeluh kesah dari siksa, maka dia adalah pembohong.”
Berkata Rabi’ah, “Engkau durhaka kepada Tuhan sedang engkau memperlihatkan cinta kepada-Nya, demi umurku sebagai sumpahku, hal ini merupakan sesuatu yang aneh. Jika cintamu itu betul, tentu engkau menaati-Nya karena sesungguhnya orang yang cinta akan selalu patuh terhadap orang yang dicintainya.”
Sesungguhnya ada serombongan orang yang mengunjungi Asy-Syubali,
dia berkata, “Siapakah kamu semua?”
mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang mencintaimu, maka terimalah.”
Kemudian dia malah melempar mereka dengan batu dan mereka lari darinya.
Dia berkata, “Mengapa kamu lari dari aku? Kalau kamu betul orang-orang yang mencintaiku tentu tidak akan lari dari percobaanku.”
Berkata lagi Asy-Syubali, “Orang-orang yang memiliki cinta kepada Allah akan minum dari gelas kecintaan, menjadi sempitlah bagi mereka bumi dan negeri. Mereka minum dari gelas kecintaan kepada-Nya, tenggelam di dalam lautan rindu kepada-Nya dan merasa nikmat munajat dengan-Nya.”
Kemudian dia bersyair:
“Mengingat kecintaan, hai tuanku adalah membuat aku mabuk. Apakah engkau pernah lihat seorang yang cinta tanpa disertai mabuk?”
Dikatakan, “Sesungguhnya seekor unta apabila mabuk, dia tidak mau makan rumput selama empat puluh hari dan apabila dibebankan diatasnya muatan yang berlipat, dia pun akan membawanya. Karena apabila telah menggebu di hatinya ingat kekasihnya dia tidak mau makan, tidak perduli muatan yang berat karena rindunya terhadap kekasih. Lalu kalau kelakuan unta saja mau meninggalkan kesenangannya dan memikul beban yang berat karena demi kekasihnya, maka apakah kamu tidak sanggup meninggalkan kesenangan yang diharamkan demi Allah.
Apakah kamu tidak menambahkan pada dirimu beban yang berat demi Allah SWT? Kalau kamu tidak bisa mengerjakan sesuatu dari kebaikan-kebaikan yang telah aku sebutkan, maka pengakuanmu hanya tinggal nama tanpa makna. Tidak akan berguna di dunia dan tidak pula di akhirat, tidak berguna di hadapan makhluk maupun di hadapan Tuhan Al-Khaliq.”
Dari Ali karramallahu wajhah, dia berkata, “Barangsiapa yang merindukan Surga tentu ia bergegas melangkah menuju segala kepada semua macam kebaikan, barangsiapa yang takut kepada neraka tentu dia mencegah nafsunya dari kesenangan-kesenangan dan barangsiapa yang meyakini kematian tentu remeh baginya segala macam kelezatan dalam pandangannya.”
Ketika Ibrahim Al-Khawash di tanya mengenai kecintaan kepada Allah, dia berkata, “Menghapus segala keinginan, membakar segala sifat kebendaan dan kebutuhan dan menenggelamkan dirinya di dalam lautan petunjuk.”
Artikel Menarik Lainnya:
- Rindu
- Kecintaan
- Tobat
- Lupa Kepada Allah, Kefasikan dan Kemunafikan
- Kelengahan
- Kemenangan Nafsu dan Permusuhan Setan
- Riyadhah dan Kesenangan Nafsu
- Sabar dan Sakit
- Takut Kepada Allah
- Takut
Demikianlah artikel menarik dengan Judul "Kecintaan", dengan membaca dan memahami artikel ini semoga bisa memberi pemahaman dan pengetahuan lebih luas lagi. Terima kasih sudah hadir dalam halaman sederhana kami, mari jadikan segalanya lebih sempurna lagi.
No comments:
Post a Comment