Kelengahan (2)

(Halaman Sebelumnya...)
   Di dalam kitab Uyunil Akhbar disebutkan dari Syaqiq Al-Balkhi, sesungguhnya dia berkata, “Manusia mengatakan tiga ucapan dan mereka benar-benar mengingkari ucapan itu dalam perbuatannya.”
Mereka berkata, “Kami adalah hamba-hamba Allah.”
Tetapi mereka berbuat seperti perbuatan orang-orang merdeka dan
ini adalah menyalahi ucapannya.
Mereka berkata, “Allah menanggung semua rezeki kami.”
Tetapi tidaklah tenang hatinya kecuali dengan dunia dan mengumpulkan kekayaannya.
Ini adalah menyalahi ucapan mereka juga.
Terakhir mereka mengatakan, “Kematian adalah suatu hal yang pasti.”
Tetapi mereka melakukan perbuatan orang-orang yang seolah-olah tidak akan mati. Ini juga menyalahi ucapan mereka.
Maka berfikirlah wahai saudaraku, dengan tubuh yang mana engkau akan menghadap ke haribaan Allah SWT, dan dengan lidah yang mana engkau akan menjawabnya? Apa yang akan engkau katakan, kalau Dia bertanya mengenai sesuatu dari yang sedikit sampai yang banyak?
Jawaban yang benar untuk pertanyaan itu siapkanlah. “Takutlah kepada Allah, sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Yang baik maupun yang jahat lalu berikan nasihat kepada orang-orang mukmin agar tidak meninggalkan perintah-Nya dan mereka meng-Esakan-Nya dalam keadaan terang atau samar.

   Nabi Muhammad SAW bersabda, tertulis pada tiang Arasy, “Aku menuruti orang yang taat kepada-Ku, kucintai orang yang mencintai-Ku, kukabulkan orang yang berdoa pada-Ku dan mengampuni orang yang memohon ampun kepada-Ku.”

  Maka seharusnyalah bagi seorang yang berakal untuk taat kepada Allah dengan rasa takut dan ikhlas, ridha dengan qadha’-Nya, sabar atas cobaan-Nya dan bersyukur atas nikmat-Nya serta menerima pemberian-Nya.
   Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang tidak ridha dengan qadha’-Ku, tidak sabar atas cobaan-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak menerima pemberian-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.”

  Ada seorang laki-laki berkata kepada Hasan Al-Bashri“Sesungguhnya aku tidak menemukan kenikmatan taat kepada Allah.”
Berkatalah Hasan padanya, “Mungkin engkau melihat wajah orang yang tidak takut kepada Allah, pengabdian adalah membuang jauh semua hal dan hanya demi Allah semata.”
   Juga ada seorang laki-laki berkata kepada Abu Yazid“Sesungguhnya aku tidak menemukan kelezatan taat kepada Allah.”
Dia menjawab, “Karena engkau mengabdi kepada ketaatannya itu dan bukan mengabdi kepada Allah, mengabdilah kepada Allah sehingga engkau menemukan kenikmatan dalam taat kepada Allah.”

   Bahwasanya ada seorang laki-laki yang melakukan shalat, setelah sampai pada bacaan ‘Iyyaka na’budu’ terlintaslah dalam hatinya bahwa dia mengabdi kepada Allah dalam arti sebenarnya. Dipanggillah dia dalam batin, “Bohong engkau, sebenarnya engkau mengabdi kepada makhluk.”
Lalu bertobatlah dia dan menjauhkan diri dari manusia. Kemudian dia melakukan shalat lagi dan setelah sampai bacaan ‘Iyyaka na’budu’, dipanggillah dia, “Bohong engkau, sebenarnya engkau mengabdi kepada hartamu.”
Lalu disedekahkan semua harta bendanya. Kemudian dia shalat lagi, setelah sampai bacaan 'Iyyaka na’budu’ dia dipanggil, “Bohong engkau, sebenarnya engkau mengabdi kepada pakaianmu.” 
Dia juga menyedekahkan pakaian itu kecuali apa yang dipakainya. Kemudian dia bertindak dalam shalat lagi, dan ketika sampai bacaan ‘Iyyaka na’budu’ dipanggillah dia, “Sekarang engkau benar, sesungguhnya engkau mengabdi kepada Allah Tuhanmu.”

   Di dalam kitab Raunaqil-Majalis, dikisahkan seorang laki-laki yang kehilangan beberapa jawaliq-nya (tempat barang), dia tidak tahu siapa yang telah mengambilnya. Ketika dia masuk dalam shalat, dia teringat orang yang mengambilnya. Setelah salam dia berkata kepada budak pelayannya, “Pergilah kepada Fulan bin Fulan dan mintalah kembali jawaliq itu darinya.”
Berkatalah pelayannya, “Kapan engkau mengingatnya?”
Dia berkata, “Tadi ketika aku shalat.”
Lalu berkata pelayan itu, “Wahai Tuanku, engkau adalah orang yang telah mencari jawaliq, bukan mencari Tuhan Pencipta.”

   Maka seyogyanya bagi orang yang berakal meninggalkan dunia, mengabdi kepada Allah dan memikirkan masa depannya serta menghendaki akhirat.
Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan akhirat, maka akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, kelezatan-kelezatannya berupa pakaian, makanan dan minumannya, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia itu dan tidaklah ada baginya suatu bagian di akhirat. Yaitu dicabut dari hatinya cinta kepada akhirat.” (QS.Asy-Syura:20)

   Karena itulah Abu Bakar Ash-Shiddiq RA sampai menginfakkan kepada Nabi Muhammad SAW empat puluh ribu dinar secara tersembunyi dan empat puluh ribu lagi secara terang-terangan sehingga tidak tersisa padanya sesuatu pun. Nabi Muhammad SAW dan keluarganya adalah orang yang berpaling dari dunia, kesenangannya dan kelezatannya. Karena itulah pelaminan tuan putri Fatimah Az-Zahra’ RA waktu Nabi Muhammad SAW mengawinkan dengan Ali adalah hanya kulit domba yang disamak dan bantal kulit binatang yang diisi sabut.

Artikel Menarik Lainnya:
   Demikianlah artikel menarik dengan Judul "Kelengahan (2)", dengan membaca dan memahami artikel ini semoga bisa memberi pemahaman dan pengetahuan lebih luas lagi. Terima kasih sudah hadir dalam halaman sederhana kami, mari jadikan segalanya lebih sempurna lagi.

No comments:

Post a Comment