Riyadhah dan Kesenangan Nafsu (2)

(Halaman Sebelumnya...)
   Nabi Sulaiman bin Dawud AS berkata: “Sesungguhnya orang yang mau mengalahkan hawa nafsunya adalah lebih berat daripada orang yang menaklukkan sebuah kota sendirian.”
Ali bin Abi Thalib karramahullahu wajhah berkata: “Tidak ada aku dengan nafsuku, kecuali seperti seorang penggembala kambing. Setiap dia mengumpulkan kambing-kambing dari
satu arah, maka berpencarlah mereka dari arah yang lain. Barangsiapa yang membunuh nafsunya, dia akan dibungkus dengan kafan rahmat dan dikubur dalam bumi kemuliaan, dan barangsiapa yang membunuh hatinya, maka dia akan mati dalam kafan laknat dan dikubur dalam bumi siksa.”

Yahya bin Muadz Ar-Razi berkata: “Perangilah nafsumu dengan ketaatan kepada Allah dan riyadhah. Riyadhah adalah meninggalkan tidur, sedikit bicara, bertahan dari gangguan manusia dan sedikit makan. Dari sedikit tidur keinginan-keinginan hati menjadi baik, dari sedikit bicara akan timbul keselamatan dari bahaya, dari kesabaran menghadapi gangguan ia akan mencapai derajat tertinggi dan dari sedikit makan akan lenyap kesenangan-kesenangan nafsu.” Karena di dalam banyak makan terdapat kekerasan hati (sukar menerima nasehat) dan kehilangan nurnya. Nur hikmah adalah kelapangan sedang kekenyangan akan membuatnya jauh dari Allah
Rasulullah SAW telah bersabda: “Terangilah hatimu dengan lapar dan perangilah nafsumu dengan lapar dan haus serta rajinlah untuk terus mengetuk pintu surga dengan lapar itu pula. Karena pahala dalam menjalani semua itu seperti pahala orang yang jihad/perang di dalam jalan Allah. Sesungguhnya tiada sebuah amal pun yang lebih dicintai Allah SWT daripada lapar dan haus, dan orang yang memenuhi perutnya tidak akan dapat memasuki kerajaan langit dan kehilangan kemanisan ibadah.”


   Berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq RA: “Aku tidak pernah kenyang (karena makan) setelah aku masuk Islam agar aku menemukan kamanisan beribadah kepada Tuhanku, dan tidak pernah segar (karena minum) sejak aku masuk Islam karena merindukan bertemu dengan Tuhanku.” Karena dalam banyak makan terdapat sedikitnya ibadah, sebab apabila manusia memperbanyak makan badan menjadi berat dan dua buah matanya mengalahkannya (karena kantuk) serta lambatlah semua anggota tubuh (karena lemas), lalu tidak satu pun sesuatu yang berarti yang datang darinya walau ia berusaha, kecuali hanya tidur melulu. Jadilah ia seperti bangkai yang terbuang sia-sia. Demikian disebutkan di dalam kitab Minhajul Abidin.

   Dari Lukman Al-Hakim, sesungguhnya dia berkata kepada anaknya: “Janganlah engkau memperbanyak makan dan tidur, karena orang yang memperbanyak keduanya di hari kiamat nanti dapat menjadikan miskin dari amal saleh.” Demikian dalam kitab Maniyyatil-Mufti.

   Bersabda Nabi Muhammad SAW“Janganlah kamu membuat mati hati dengan banyak makan dan minum, karena hati dapat mati seperti tanaman apabila terlalu banyak air.”
   Sementara orang-orang saleh banyak yang telah berbuat seperti itu. Perut yang berada di bawah hati ibarat belanga yang berisi air yang mendidih di mana asapnya akan sampai ke hati. Banyaknya asap yang keluar akan dapat mengotori dan membuat hati menjadi hitam. Lalu karena banyak makan membuat perut menjadi penuh, sehingga bisa menghilangkan kecerdasan.

   Ada sebuah cerita dar Yahya bin Zakaria AS, sesungguhnya iblis menampakkan diri padanya dan membawa beberapa kail.
Berkatalah Yahya padanya: “Apa ini?”Dia menjawab: “Beberapa kesenangan yang aku buat untuk mengail anak cucu Adam.”Yahya bertanya: “Adakah kau temukan sesuatu bagiku di dalamnya?”
Dia berkata: “Tidak, hanya saja engkau pernah kenyang dalam suatu malam, lalu aku bebankan kepadamu untuk melakukan Shalat.”
Yahya AS berkata: “Suatu hal yang pasti, sesungguhnya aku tidak akan mau kenyang lagi untuk selama-lamanya.”
Iblis pun menjawab: “Juga suatu hal yang pasti, bahwa sesungguhnya aku tidak akan memberi nasehat kepada seorang pun untuk selama-lamanya.”
Semua itu mengisahkan orang yang tidak pernah kenyang seumur hidup kecuali hanya semalam. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak pernah lapar sumur hidupnya semalam pun, kemudian mengharapkan ibadah?

   Ada sebuah kisah dar Yahya bin Zakaria AS juga, sesungguhnya dia kenyang akibat roti dari gandum. Suatu hari, dia tertidur ketika berzikir pada suatu malam.
   Allah SWT menurunkan wahyu kepadanya: “Hai Yahya, apakah kau temukan sebuah perkampungan yang lebih utama dari perkampunganku atau tempat bersanding yang lebih baik bagimu daripada dengan Aku? Demi Keagungan-Ku dan Keluhuran-Ku, seandainya engkau melihat Firdaus dan engkau melihat Jahanam dengan sebuah penglihatan, tentu engkau menangis dengan nanah, sebagai ganti air mata dan engkau akan memakai besi sebagai ganti dari kain kadut.”

Artikel Menarik Lainnya:
   Demikianlah artikel menarik dengan Judul "Riyadhah dan Kesenangan Nafsu (2)", dengan membaca dan memahami artikel ini semoga bisa memberi pemahaman dan pengetahuan lebih luas lagi. Terima kasih sudah hadir dalam halaman sederhana kami, mari jadikan segalanya lebih sempurna lagi.

No comments:

Post a Comment